Social Icons

Pages

Featured Posts

Sabtu, 28 April 2018

Stereochemical Considering in Planning Synthesis

    Stereoisomer dapat digolongkan dengan tiga cara. Yakni dapat berupa konformer atau isomer konfigurasional; dapat bersifat kiral atau akiral; dan juga dapat berupa enantiomer atau diastereomer.
Seberapa penting stereokimia dalam reaksi kimia? 
Sebelumnya mari kita lihat pengaruh stereoisomer terhadap aktivitas biologisnya, yakni pada:
          
      Enantiomer dan Aktivitas Biologis
    Enantiomet-enantiomer dari molekul kiral dapat mengakibatkan beragam respons biologis bila masuk ke dalam makhluk hidup. Rasa, bau, kemanjuran obat, daya racun, sifat bakterisidal, fungisidal, insektisidal, dan sifat lain dari enantiomer sering sangat beragam. Berikut ini contohnya:
ü Asam amino (R)-asparagina rasanya manis, sementara (S)-asparagina rasanya pahit.
ü (R)-karvon berbau mentol, sementara (S)-karvon menyebabkan harum jintan
ü(S)naproksen merupakan obat anti-inflamasi penting, padahal enantiomernya merupakan racun hati.
     Bagaimana bisa dua molekul yang strukturnya serupa sebagai enantiomer memiliki aktivitas biologis yang begitu berbeda? Alasannya ialah bahwa aktivitas biologis diawali dengan pengikatan molekul kecil pada molekul reseptor (penerima) dalam makhluk hidup dan membentuk kompleks molekul kecil-reseptor. Reseptor umumnya berupa molekul kiral, tidak rasemik seperti prorein, karbohidrat kompleks, atau asam nukleat yang berikatan dengan baik hanya dengan salah satu dari sepasang enantiomer. Karena bentuk tiga dimensinya yang berbeda, (R)-asparagina mengikat reseptor pada manusia yang memicu rasa manis, sedangkan (S)asparagina tidak berikatan dengan reseptor itu, melainkan mengikat reseptor yang bentuknya berbeda yang menghasilkan rasa pahit.
      Sekarang terdapat banyak contoh: satu enantiomer dari molekul kiral menimbulkan respons biologis yang disukai, sementara enantiomer lain menghasilkan respons yang merusak (contohnya, naproksen). Jadi, semakin penting bagi obat-obatan kiral dan senyawa agrokimia untuk dipasarkan sebagai enantiomer tunggal, Bukannya campuran rasemik. Baru-baru ini telah didorong pengembangan metode sintesis baru yang hanya menghasilkan satu enantiomer dari molekul kiral, melalui proses yang disebut sintesis asimetri

Lalu, Seberapa penting stereokimia dalam reaksi kimia? 
Jawabannya tergantung pada sifat reaktan. Seperti:
  ●  Pembentukan produk kiral dari reaktan akiral, contohnya: adisi hidrogen bromida pada 1-Butena menghasilkan 2-bromobutana (sesuai aturan Markovnikov):
    Produknya memiliki 1 pusat stereogenik, ditandai dengan bintang, tetapi kedua enantiomer ini berbentuk dalam jumlah yang tepat sama. Produknya ialah campuran resmik karena ion bromida dapat bergabung dengannya dari atas atau bawah dengan peluang yang tepat sama, yakni:
gambar 2

Dari reaksi ini diketahui bahwa bila reaksi antara dua reagen akiral menghasilkan produk kiral, hasilnya selalu campuran rasemik (50 : 50) enantiomer. Andaikan kita ingin memperoleh setiap enantiomer murni dan bebas dari enantiomer lain. Proses pemisahan campuran rasemik menjadi enantiomernya dinamakan resolusi. Karena enantiomer memiliki sifat akiral yang identik, bagaimana kita memisahkan campuran rasemik ke dalam komponen-komponennya?
Jawabnya ialah mengonversinya menjadi diastereomer, pisahkan diastereomer dan kemudian
merekonversi diastereomer yang sekarang telah terpisah menjadi enantiomernya kembali.
     Untuk memisahkan dua enantiomer pertama-tama kita reaksikan dengan reagen kiral. Produknya
akan berupa sepasang diastereomer. Diastereomer ini telah kita ketahui berbeda dalam semua jenis
sifatnya dan dapat dipisahkan melalui metode biasa. Prinsip ini diilustrasikan dalam persamaan
berikut:

Sesudah diastereomer-diasrereomer ini dipisahkan, kemudian kita melaksanakan reaksi yang meregenerasi reagen kiral itu dan memisahkan enantiomernya.

PERTANYAAN:
1. Sekarang kita lihat situasi yang berbeda, yaitu reaksi molekul kiral dengan reagen akiral untuk  
     menghasilkan pusat stereogenik kedua. Contohnya, adisi HBr pada 3-kloro- l-butena. Andaikan     kita mulai dengan satu enantiomer murni dari 3-kloro- 1-butena, misalnya isomer R, dengan reaksi     digambarkan dalam  proyeksi Fischer.

     Konfigurasi tempat substituen kloro tetap tidak berubah dan tetap R, tetapi satu pusat stereogenik yang baru dapat berupa R atau S. Jadi, produknya berupa diastereomer.
     Apakah produk-produknya berjumlah sama?

DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., L. E. Craine dan D.J. Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Selasa, 24 April 2018

PROCESS CHEMISTRY AND COMBINATORIAL CHEMISTRY

Semua pembentukan senyawa kimia berlangsung melalui suatu atau serangkaian reaksi kimia. Reaksi kimia ini melibatkan satu atau lebih macam molekul (molekul unsur atau molekul senyawa) menjadi zat yang sifat fisisnya berbeda. Proses ini dibuat dengan mereaksikan unsur atau senyawa pereaksi dalam kondisi tertentu hingga terbentuk hasil reaksi yang diinginkan. Yang menjadi permasalahan adalah jika ada beberapa bahan pereaksi yang akan direaksikan dalam beberapa reaksi kimia yang berbeda. Secara konvensional, ini harus dilakukan dengan mereaksikan satu per satu pereaksi-pereaksi yang diperlukan. Hal ini dapat membutuhkan waktu yang sangat lama, sehingga cara yang lebih cepat menjadi diperlukan
COMBINATORIAL CHEMISTRY
Kombinatorial adalah cabang matematika untuk memperoleh jumlah cara pengaturan objek-objek tertentu dalam himpunannya. Dengan menghitung secara kombinatorial, dapat diperoleh jumlah kemungkinan pengaturan dari sejumlah objek dalam suatu himpunan tanpa harus mengenumerasi (pencacahan) kemungkinan tersebut secara satu per satu.
Kimia kombinatorial merupakan suatu pendekatan dalam ilmu kimia yang melibatkan sintesis berbagai jenis molekul yang berjumlah banyak tetapi erat terkait satu sama lain. Proses ini dibantu oleh simulasi dengan komputer dan peralatan robotik

Proses Tradisional dan Proses Kimia Kombinatorial

Yang membedakan proses sintesis kimia secara tradisional dengan proses secara kombinatorial adalah bahwa dalam proses dengan kimia kombinatorial, pereaksi (reaktan) direaksikan bersama-sama, dan membentuk banyak hasil reaksi dari reaksi kimia yang berbeda-beda.
Perbandingan Metode Sintesis Kimia Secara Tradisional dan Kombinatorial
 Pada sintesis secara tradisional, sesuai pada contoh di atas, dimisalkan senyawa A direaksikan dengan senyawa B membentuk senyawa AB. Reaksi dilakukan satu demi satu. Sementara itu, pada sintesis secara kombinatorial, dimungkinkan untuk membuat setiap kombinasi yang memungkinkan, mulai dari A1 hingga An, dengan B1 hingga Bn.

Proses Sintesis Kombinatorial pada Fase Padat
Agar dapat berlangsung, sintesis fase padat memerlukan beberapa komponen, yaitu
1. Bahan polimer yang inert (tidak tergantung) terhadap kondisi sintesis
2. Pengait substrat (zat-zat yang direaksikan)
3. Strategi perlindungan untuk dapat melakukan proteksi atau deproteksi secara selektif terhadap gugus-gugus reaktif
Sintesis kimia secara kombinatorial pada fase padat memanfaatkan suatu proses yang dinamakan sebagai sintesis “campur dan pisahkan”. Proses ini dilakukan dengan membagi bahan pendukung reaksi berupa resin ke dalam beberapa porsi. Setelah itu, tiap-tiap porsi dimasukkan ke dalam masing-masing pereaksi untuk mengaktifkan pereaksi. Setelah reaksi pengaktifan selesai, dilakukan pencucian untuk membersihkan sisa-sisa pereaksi sisa berlebih. Kemudian, porsi-porsi tersebut dicampurkan secara merata. Setelah proses pencampuran, hasil reaksinya kemudian boleh jadi dipisah-pisahkan lagi ke dalam sejumlah porsi. Reaksi dalam sintesis ini menghasilkan jumlah yang lengkap dari senyawasenyawa dimer (senyawa yang strukturnya merupakan gabungan dari dua buah komponen penyusun) yang mungkin terbentuk.
Jika dimisalkan terdapat X buah komponen (senyawa) yang direaksikan maka jumlah dimer yang terbentuk Jika proses diulangi sebanyak n kali dengan mereaksikan hasil reaksi sebelumnya dengan komponen satuannya (yang berjumlah X), hasil reaksi yang terbentuk meningkat secara eksponensial, yaitu
X n
Hal ini menunjukkan bahwa hanya dengan beberapa langkah reaksi, dapat terbentuk banyak ragam molekul yang susunannya berbeda tetapi mirip.

Proses Sintesis Kombinatorial dengan Larutan
Hal ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan pada sintesis fase padat. Keterbatasan/kekurangan sintesis fase padat untuk sintesis secara kombinatorial, antara lain bahan kimia yang berwujud padat terbatas dan terdapat kesulitan pada saat memantau sejauh mana reaksi berlangsung ketika substrat (bagian yang menjadi perhatian dari reaktan) dan hasil reaksi terkait pada bahan berfase padat. Kelebihan lain dari sintesis dengan larutan adalah tidak diperlukannya bahan-bahan
yang menjadi prasyarat seperti untuk melakukan sintesis pada fase padat.
Proses sintesis secara tradisional melibatkan reaksi secara bertahap. Hasil reaksi dikarakterisasi dan dimurnikan terlebih dahulu, kemudian melalui proses screening (pemisahan). Setelah pemisahan, tahap ini dapat dilakukan lagi secara berulang untuk membangun senyawa analog (senyawa yang berbeda jenis tetapi serupa) lainnya. 
Perbedaan proses kombinatorial dengan larutan 
Pada sintesis secara kombinatorial, yang berlangsung secara paralel, substrat bereaksi dengan sejumlah reaktan lainnya membentuk hasil reaksi sejumlah tertentu. Kumpulan ini kemudian melalui proses screening, pemisahan molekul-molekulnya, umumnya tanpa melalui proses pemurnian. Karakterisasi juga dilakukan, tetapi secara lebih minimum. Saringan yang digunakan untuk screening ini memiliki keluaran lebih besar daripada yang digunakan pada sintesis secara tradisional.

DAFTAR PUSTAKA

Pertanyaan:
1. Bagaimana hasil reaksi yang terjadi pada proses sintesis kombinatorial dengan larutan secara eksponensial?
2. Pada aplikasi proses sintesis kombinantorial diketahui telah banyak memberikan keuntungan, apakah masih perlu  dilakukan eksperimen untuk pengujian sintesisnya?
3. Pada proses sintesis kombinatorial diketahui dapat menghasilkan banyak ragam molekul, apakah kejadian ini dapat semakin mempersulit pengerjaan dalam pemisahannya?

Senin, 23 April 2018

Pericylic Reactions: The Diels-Alder Reaction

Reaksi Diels-Alder

     Diels-Alder  merupakan salah satu reaksi yang paling penting dalam sintesis disebabkan reksi berguna untuk membuat dua ikatan C-C  dalam satu langkah dan karena bersifat  regio dan stereoselektif. Ia merupakan siklo addisi perisiklik antara diena tearkonjugasi (1) yang menjalani jenis adisi 1,4. Diena harus memiliki apa yang disebut dengan konformasi s-cis untuk melangsungkan suatu reaksi diels - alder dan alkena terkonjugasi (2) (dienofil), membentuk sikloheksena.
contoh lain yang paling sederhana(masih menghasilkan rendemen yang rendah): 
adisi etilena pada 1,3-butadiena menghasilkan sikloheksena
        Reaksi ini merupakan contoh reaksi sikloadisi, yaitu adisi yang menghasilkan produk siklik. Sikloadisi ini, yang mengonversi tiga ikatan π menjadi dua ikatan σ dan satu ikatan π baru, dinamakan reaksi Diels-Alder, berdasarkan nama penemunya, yaitu Otto Diels dan Kurt Alder. Reaksi ini begitu berguna untuk membuat senyawa siklik sehingga mereka memperoleh Hadiah Nobel dalam bidang kimia pada tahun 1950. Sebagaimana halnya dengan hidroborasi, reaksi ini berlangsung serempak. Semua pemutusan ikatan dan pembuatan ikatan berlangsung pada saat yang sama. 
           Ketika diena dan dienofil bereaksi dalam reaksi Diels-Alder, terbentuklah sebuah senyawa stereokimia karena kedua reaktan tersebut saling mendekat dari dua arah yang berbeda. Jenis pendekatan ini memungkinkan awan elektron dari dua komponen tumpang tindih dan membentuk ikatan produk yang lebih stabil. Bentuk stereokimia dari molekul produk ada 2 jenis yaitu : dienofil yang mensubstitusi berada pada posisi berlawanan dengan diena (cis) akan menghasilkan produk adisi “endo”  dan dienofil yang mensubstitusi berada pada posisi sepihak dengan diena (trans) akan menghasilkan produk adisi “exo".
       Pada reaksi perisiklik, diskoneksi yang bersangkutan sering ditemukan dengan membuat mekanisme reaksi balik ketika ingin membuat sikloheksena (4) dengan paling sedikit 1 gugus penarik elektron (Z) pada tempat yang jauh dari cincin, buat tiga anak panah sekitar cincin ikatan rangkap.
        Salah satu contoh reaksi perisiklik adalah pada  senyawa (6) yaitu 1-(3-methylcyclohex-3-en-1-yl)ethanone

dengan  reaksi Diels-Alder menyebabkan senyawa berada dalam posisi orto dan para akan tetapi memberikan produk  meta seperti  (7) sebagai ganti. Keton (6) adalah senyawa karbonil ɣ, δ-yang tidak jenuh dan dengan demikian dapat dibuat dengan penataan ulang Claisen Cope. Diskoneksi adalah sukar untuk diikuti, tetapi bilangan pada (8) dan (9) akan membantu.

         Struktur (9) sangat dekat dengan dimer Diels-Alder (10). dari metil vinil 'keton dan reaksi Wittig mengkoneksi mereka. 

Dimerisasi yang memberikan (10) biasanya suatu gangguan, tetapi ia membuat (10) cepat tersedia. Penataan ulang berjalan dari (9) ke (16) disebabkan gugus karbonil terbentuk atas tanggungan ikatan rangkap C=C yang kurang stabil.

DAFTAR PUSTAKA
Hart, H., L. E. Craine dan D. J. Hart. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Warren, S. 1994. Sintesis Organik Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta: UGM-Press.

PERTANYAAN:
1. Pada reaksi sikloadisi 2 isopren (2-metil-1,3-butadiena) diketahui sebagai starting material pada sintesis limonena, bagaimana hal ini dapat terjadi berdasarkan aturan diena dan dienofil?
Limonena
2. Pada reaksi pembentukan sikloheksana diatas terbentuk melalui starting material yang sederhana pada  dienofilnya (etilena) yang dinyatakan menghasilkan rendemen tidak baik , bagaimana pengaruh  dienofil dapat dengan nyata mempengaruhi hasil sintesis yang dilakukan?



Rabu, 18 April 2018

Stereocontrol and Ring Formation

Stereokimia suatu senyawa organik akan menghasilkan sifat-sifat biologis yang berbeda. Adanya sifat optis aktif dari satrting material yang tersedia dialam dapat digunakan dengan tanpa memandang banyaknya pusat khiral jika dalam hal sintesis dibutuhkan enantiomer tunggal atau dapat dilakukan resolusi selama sintesis.
Resolusi -Dalam prinsipnya, resolusi digunakan harus pada tingkat awal dalam sintesis, karena ini bertujuan untuk menghindari material yang tidak disukai terbawa serta (enantiomer salah) pada reaksi. Tetapi kita juga harus ketahui apakah pada setiap tingkat kita dapat mendaur ulang enantiomer yang tidak disukai atau meresolusi dengan mudah, karena gugus fungsionalnya cocok.  
Material start optis aktif-Ada sebaris senyawa optis aktif yang terjadi secara alami yang terdapat dalam kuantitas yang besar, asam amino dan gula merupakan contoh-contoh yang perlu dicatat. Satu strategi dalam sintesis suatu molekul target yang optis aktif adalah diskoneksi pada kerangka dari salah satu senyawa yang tersedia ini dan menggunakan reaksi stereospesifik (lebih rinci dalam bagian lebih lanjut) dalam sintesis.

Reaksi Stereospesifik

    Pemilihan reaksi stereospesifik dilakukan untuk melakukan reaksi dimana mekanismenya meminta hasil stereokimia yang spesifik. Keharusan berhasil ini apakah ia menuntun ke produk yang lebih stabil atau tidak dan membawa dengannya bahwa setiap stereoisomer dari material start memberikan stereoisomer produk yang berbeda. Ini mungkin enantiomer atau diastereoisomer.

pada reaksi stereospesifik terbut diketahui dalam molekul terdapat 2 pusat "kiral" yakni (13) cis-tosilat memberikan trans  asetal dan begitu pula sebaliknya. contoh tersebut merupakan diastereoiomer dan tidak kiral.
      Berikut merupkan beberaoa reaksi stereospesifik:
  

Reaksi Stereoselektif

Digunakannya reaksi stereoselektif adalah untuk melakukan reaksi dimana mekanisme reaksinya melalui tahapan reaks yang alternatif dan ekivalen secara kimia, sehingga reaksi dapat memilih dan melalui jalan yang paling menguntungkan (kontrol kinetik) atau produk yang paling stabil (kontrol termodinamik). Reaksi ini umumnya melibatkan penegakan satu pusat khiral dalam hadirnya yang lain.

Secara eksperimental menyatakan bahwa hasil reduksi (38) dengan LiAlH4 memberikan jumlah diol yang banyak untuk dapat dipisahkan melalui kromatografi. Tosilasi memberikan hasil yang sessuai dengan tujuan (35) dan (36), dimana secara angsung reaksi dengan basa memberikan produk akhir (39) dan (40).

    Kadang-kadang kedua isomer dari suatu senyawa dibutuhkan maka reaksi stereoselektif dengan tingkat selektivitas yang rendah merupakan suatu keuntung. Kedua cis (35) dan trans (36) tosilat dibutuhkan untuk studi reaksinya dengan basa. Dimana tosilat pada reaksi tersebut diketahui dapat disintesis dari alkohol (37) dengan tosilasi kemoselektif dari gugus OH primer yang kurang terhalang oleh halangan sterik dan reduksi dari keto ester (38) yang telah tersedia  merupakan rute stereoselektif yang lemah tetapi cocok ke (37). 


STRATEGI SINTESIS CINCIN

 Pada tahapan ini digunakan pendekatan strategi secara umum untuk sintesis cincin dimana tidak diperlukan prinsip-prinsip baru

Strategi Alternatif
Dua contoh berikut dimana cincin anggota tiga dan lima harus didiskoneksikan setelah cincin anggota enam.
Keton (34) pertama-tama kelihatannya seperti produk sederhana dari addisi karbena pada (35). Sayang eekaii (35) merupakan tautomer naitoi (36) dan tidak dapat dibuat.

   Strategi alternatif adalah meninggalkan cincin anggota tiga sendiri dan menggunakan diskoneksi. dengan reaksi FriedelCrafts. senyawa intermediet (37) akan mudah dibuat bila gugus a-CH2 tidak ada di sana (38) karena ia kemudian akan merupakan addisi diazoester pada Stlrena, dengan demikian sintesis dari rantai cincin dapat menggunakan prosedur yang lebih singkat.

DAFTAR PUSTAKA

Warren, S. 1994. Sintesis Organik Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta: UGM-Press.

Pertanyaan:
1. Pada reaksi ini apa yang menyebabkan terjadinya resolusi dan apa yang terjadi dengan adanya resolusi tersebut?
2. Reaksi berikut merupakan reaksi SN2, apa yang terjadi pada kontrol reaksi ini sehingga dihasilkan inversi yang berbeda pada produk yang dihasilkan?


Senin, 16 April 2018

Carbonyl Chemistry

1. Organometallic Addition

    Salah satu reagen yang dapat membantu pemutusan ikatan rangkap pada senyawa karbonil (adisi karbonil) adalah reagen Grignard yakni suatu organomagnesiumhalida, dimana reagen grignard bertindak sebagai nukleofil yang akan mengadisi karbon karbonil secara reversibel, membentuk ikatan karbo-karbon baru.








Pada reaksinya Aldehid (R-CHO) akan mengalami adisi yang menghasilkan senyawa alkohol sekunder, sedangkan Keton (RC=O) akan teradisi menjadi Alkohol tersier.
      Pada mekanisme reaksinya (1) asam lewis pada MgX akan diikat oleh basa lewis dari Oksigen dari karbonil yang dengan demikian akan menjadikan Oksigen menjadi lebih akseptor. Selanjutnya (2) gugus alkil (-R) yang bersifat nukleofil akan menyerang Karbon karbonil yang menyebabkan elektron mengarah pada oksigen dan keadaan ini membentuk keadaan intermediet yang mana terbentuk tetrahedral magnesium alkoksida. Selanjutnya dengan adanya molekul air akan menyebabkan terjadinya hidrolisis yang akan melepaskan MgX dan menyebabkan Oksigen berikatang dengan hidrogen menghasilkan produk hasil adisi berupa alkohol.


2. Alkilasi
    Reaksi penambahan alkil pada suatu karbonil, salah satu reaksinya adalah:
    Reaksi Ester Asetoasetat
     Pada reaski ini terjadi proses alkilasi dimana pada tahapan pertama yakni Pembentukan ion enolat pada reaksi antara etil asetoasetat dan NaOC2H5 dalam etanol. Selanjutnya reaksi Alkilasi  Reaksi alkilasi tidak terbatas hanya pada enolat dari dietil malonat. Enolat lain juga menjalani reaksi SN2 dengan alkil halide untuk menghasilkan produk teralkilasi. Enolat lain yang lazim digunakan adalah enolat yang diperoleh dari etil asetoasetat (ester asetoasetat). Produk akhir alkilasi ester asetoasetat adalah aseton tersubtitusi α. jadi, sebelum mengalami tahap selanjutnya dari sintesis ester asetoasetat, senyawa ester asetoasetat ini terlebih dahulu diubah menjadi anion enolat oleh perlakuan natrium etoksida, yang kemudian ion enolatnya akan dialkilasi melalui reaksi SN2 dengan alkil halide. Pada proses alkilasi ini dapat dilakukan dua kali jika diinginkan, hal ini dikarenakan ester asetoasetat memilki dua hydrogen α.
   
3. Reaksi Michael
Reaksi Michael adalah reaksi adisi nukleofilik terhadap senyawa α,β-karbonil tidak jenuh yang memiliki suatu ikatan rangkap dua yang elektrofilik secara tidak biasa (akibat resonansi). Saat karbon betanya bersifat elektrofilik karena membagi muatan positifnya secara parsial ke karbon karbonil melalui resonansi, maka terjadi serangan pada gugus karbonil. Selanjutnya akan terjadi protonasi pada oksigen yang menyebabkan adanya adisi 1,2. Sementara apabila serangan terjadi pada posisi beta, maka atom oksigen akan bersifat nuklofilik, dan adisi yang terjadi adalah 1,4 adisi.
4. Kondensasi Karbonil
      Hidrogen alfa pada aldehida dapat bersifat asam sehingga dapat menghasilkan ion karbon. Oleh karena itu, dua molekul aldehida atau satu molekul aldehida dengan satu molekul keton akan menghasilkan senyawa aldol. Reaksi ini disebut reaksi kondensasi aldol, yang diturunkan dari kata aldehida dan alkohol.

5. Ring-forming reactions
     Dalam reaksi pembentukan cincin pada senyawa karbonil dapat dilakukan dengan reaksi Asilasi Friedel-Crafts, dengan reaksi:

 
                                                           DAFTAR PUSTAKA

McMurry, J.E. 2012. Organic Chemistry, Eighth Edition. USA : Cengage Learning.
Starkey, L. S. 2012. Introduction to Strategies for Organic Synthesis. Unites State of America: John Wiley and Sons, Inc.
 
Pertanyaan
1. pada reaksi kondensasi aldol produknya selalu ditandai dengan  terbentuknya 1 atom karbon diantara karbon aldehida dan karbon alkohol, mengapa demikian?
2.  pada  Reaksi Ester Asetoasetat terjadi pembentukan ion enolat terlebih dahulu pada karbon alfa bagaimana pengaruh posisi pengikatan atom hidrogen (diantara atau diujung keton jauh dari ester) pada pembentukan ester asetoasetat?



 
Blogger Templates